Monday, June 20, 2016

Cara menulis essay (bagian 1): Klaim

Agan pasti tahu kalau menulis itu kadang susah dan kadang juga tidak.

Yah mau gimana lagi coba? Saya sendiri juga pusing, bahkan untuk pertama kalinya saya nulis blog kaya gini saja dah kerasa feel nulisnya. Kali ini, saya akan membahas bagaimana cara nulis essay.

Well, gan. Tulisan essay di sini merupakan kebiasaan saya menulis sebuah topik diskusi yang di dalamnya terdapat berbagai elemen struktural atau membangun, tapi itu semua tergantung si pembaca.

Pertama-tama, saya tidak akan membahas struktural atau bagan sebuah tulisan tapi melainkan yang lebih dasar dari pada itu, yaitu klaim.

Setelah melalui banyak pelatihan dengan guru saya yang pernah kuliah di luar negeri, saya terkadang bisa dibilang sampah. Tulisan saya dulu hancur banget. Bahkan guru muda saya itu bilang jangan nulis sampah (Maaf sedikit curhat).

Klaim itu sendiri sama dengan artinya sebuah pondasi dalam setiap paragraf. Klaim sama dengan sebuah opini tapi tak beralasan, atau dengan kata lain, sebuah ide pokok.

Marilah kita sebut dia sebagai sebuah klaim dari pada ide. 

Dan berikut contohnya,

Si D merupakan wanita tercantik di dunia.

Universitas U merupakan universitas terjelek di Makassar.

Apa feelnya sudah kerasa, gan?

Mengapa klaim lebih kepada opini, karena klaim sama artinya dengan pendapat kita, atau biasanya disebut sebagai opini tak beralasan.

Mesti kita bedakan antara klaim dan fakta. Misalnya, matahari terbenam di sebelah barat (fakta), air sifatnya cair (fakta), saya bangun selalu tepat waktu (fakta hihih). Apakah fakta bisa menjadi ide? 

Saya rasa fakta itu sendiri merupakan komponen berikutnya. 

Klaim atau ide pokok dalam sebuah tulisan memang memerlukan alasan sebagai pendukung (spoiler). Tapi tentunya ini hanya persoalan dramatis dalam kata.

Jadi klaim merupakan kalimat pembuka dalam sebuah tulisan, dan berikutnya saya akan membahas komponen pendukung.

Alur dalam sebuah paragraf, 1. Klaim 2. Pendukung

Pendukung lebih merujuk pada sebuah alasan, dan lagi-lagi kita membutuhkan sebuah kemampuan dramatis.

No comments:

Post a Comment